Minggu, 26 Oktober 2014

SKRIPSI EFEKTIFITAS METODE SIMULASI BAB IV


BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MI Pasirlingga
1. Sejarah Berdirinya MI Pasirlingga
“ MI Pasirlingga merupakan lembaga pendidikan formal yang bernaung dibawah Yayasan Ma’arif. Lembaga ini berdiri tepatnya pada tahun 1976 “ ( Suci Lestari, S.Pd.I. Kepala MI Pasirlingga, Banjarsari 01 Desember 2011 ) dan telah berkiprah membantu pemerintah dalam bidang pemerataan kesempatan pendidikan sejak awal tahun berdirinya. Di awal berdirinya lembaga ini belum memiliki gedung sekolah. Mereka belajar di gedung milik Madrasah Diniyah pada pagi hari dan sore harinya digunakan siswa – siswi MADIN. Suatu yang kurang menguntungkan bagi siswa yang menjadi anggkatan pertama MI Pasirlingga.
Namun Alhamdulillah, pada akhirnya tahun 1977 MI Pasirlingga dikarunia sebuah gedung sekolah yang tadinya milik MADIN kini sepenuhnya milik MI Pasirlingga.
2. Visi dan Misi MI Pasirlingga
Adapun visi dan misi MI Pasirlinga dituangkan dalam rumusan kerangka dasar Tri Matra Visi, yaitu IMTAQ, IPTEK, DAN IHSAN. Sedangkan misinya adalah untuk meningkatkan wawasan pengetahuan Islam ysng luas dan mengamalkannya, mewujudkan system dan iklim pendidikan yang demokratis.
meningkatkan kualitas SDM dan mewujudkan kurikulum pendidikan yang mengintegrasikan pendidikan agama Islam.
3. Keadaan siswa, guru, dan Karyawan
a. Keadaan siswa
Gambaran umum mengenai jumlah menurut jenis kelamin dan perbedaan kelas dapat dilihat pada table berikut:
Tabel.1
Keadaan siswa MI Pasirlingga
menurut pembagian kelas dan selama 3 tahun terakhir

No
Tahun Akademik
Kelas

Jumlah
I
II
III
IV
V
VI
1
2008 – 2009
19
14
15
14
18
16
96
2
2009 – 2010
18
14
20
19
11
10
94
3
2010 - 2011
15
17
14
22
20
17
105

b. Keadaan guru dan karyawan
Keberadaan pengajar atau guru dalam suatu lembaga pendidikan  merupakan factor yang sangat penting karena seorang guru adalah panutan bagi siswa-siswanya, untuk mengetahui jumlah guru MI Pasirlingga menurut lulusan, jabatan, dan bidang tugas.



Tabel.2
Keadaan guru MI Pasirlingga
Menurut Pendidikan dan Bidang Tugas 2010 -2011

NO
NAMA
PENDIDIKAN
BIDANG TUGAS
1
SUCI LESTARI, S.Pd.I
IAILM / PAI
KEPALA SEKOLAH
2
TETY ROSMAYANTY, S.Pd.I
IAID / PAI
GURU KELAS I
3
MISBAHUL MUNIR, S.Pd.I
IAILM / PAI
GURU KELAS VI
4
AGUS MARWAN, S.IP
UNIGAL  / FISIP
GURU KELAS III

5
KY. ALI SURURI
MA / PONPES / PIKIH
GURU BIDANG
6
MARYAM PUJI LESTARI, A.Ma
STAI PG / PGSD / PGMI
GURU KELAS II
7
HUSNA MAKSUDI, S.Pd.I
STAI / PAI
GURU KELAS V
8
KARDIONO
MAN
GURU BIDANG
9
HASBULOH
STAI PG / PGSD / PGMI
GURU KELAS IV

4. Keadaan sarana dan prasarana
Sarana dan prasrana pendidikan adalah faktor penunjang keberhasilan proses pendidikan suatu lembaga pendidikan pormal termasuk media pendidikan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Berikut ini penulis kemukaan hasil penelitian mengenai sarana dan prasarana yang tersedia di MI Pasirlingga.

                                                            Tabel.3
Keadaan Sarana dan Prasarana MI Pasirlingga

NO
SARANA DAN SARANA
JUMLAH
1
GEDUNG SEKOLAH
1 LANTAI
2
RUANG KELAS
4 LOKAL
3
RUANG IBADAH
1 LOKAL
4
RUANG KEPALA
1 LOKAL
5
RUANG GURU
1 LOKAL
6
RUANG TOILET
1 LOKAL

B.     Pelaksaan Pengajaran Bidang Studi Fikih Di MI Pasirlingga
         Pelaksanaan pengajaran bidang studi fikih di MI Pasirlingga dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1.      Waktu dan pelaksaan
                  Mengenai hal di atas, bidang studi fikih di MI Pasirlingga di ajarkan
/berikan sebanyak 2 jam pelajaran dalam setiap minggunya, baik kelas 1 sampai kelas VI maupun kelas IV. Untuk  jam pelajaran selama 35 menit, berarti untuk 2 jam pelajaran selama 70 menit. Untuk kelas IV mata pelajaran fikih di jarkan pada hari senin dan jam pertama “  ( Ky. Ali Sururi. Guru bidang Studi fikih, Banjarsari 01 Desember 2011 )
2.      Alat pelajaran
Alat – alat pelajaran merupakan salah satu faktir yang tidak kalah pentingnya didalam proses belajara mengajar, karena alat – alat itu turut menunjang dan membantu.
Sebenarnya alat-alat pengajaran itu cakupannya sangat luas, tidak hanya terbatas pada buku pelajaran, alat peraga, spidol, penggaris dan sebagainya. Akan tetapi semua sarana dan alat yang mendukung dan menunjang lancarnya proses belajar mengajar di kategorikan kepada alat.
Buku paket dan buku bidang studi fiqih termasuk salah satu dari pada alat-alat pengajaran. Dalam hal ini buku-buku bidang studi fiqih yang digunakan di MI Pasirlingga.
C. Penyajian Dan Analisa Data Efektifitas Penggunaan Metode Simulasi Dalam Bidang Studi Fikih Materi Sholat Janazah Di MI Pasirlingga
Penggunaan metode yang baik harus memperhatikan unsur efektifitas dan efisiensinya dalam menunjang suatu proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang efektif adalah metode pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman yang jelas dan konkrit kepada peserta didik. Sedangkan metode pembelajaran yang efisien adalah metode pembelajaran yang dalam waktu singkat dapat membentuk peserta didik memiliki kompetensi pembelajaran yang diharapkan dari suatu proses pembelajaran.
Adapun tolak ukur efektifitas penggunaan metode pembelajaran ini dilihat dari empat aspek yaitu aspek metode yang digunanakan dalam pembelajaran fikih, aspek penyajian materi melalui metode simulasi, aspek perhatian siswa pada materi, aspek pemahaman siswa pada materi, aspek kemudahan siswa dalam memahami materi dan apek kemampuan psikomotor siswa.


1. Aspek metode yang digunakan dalam pembelajaran fikih
Tabel.4
Metode yang diguanakan dalam pembelajaran fikih
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Metode simulasi
8
36%
2
Metode diskusi
3
13%
3
Metode ceramah
7
31%
4
Metode pemberian tugas
4
18%
Jumlah
22
100%

            Dari 22 responden siswa MI Pasirlingga kecamatan Banjarsari diperoleh data tentang kejelasan mengenai penggunaan metode simulasi dalam pembelajaran fikih, penggunaan metode simulasi menjadi pilihan mayoritas siswa yaitu : 8 santri (36%) dan ditambah 7 siswa (31%) menjawab metode ceramah selebihnya siswa menjawab metode diskusi 3 siswa (13%) dan metode pemberian tugas 4 siswa (18%). Dari responden di atas menunjukan bahwa siswa menilai penggunaan metode simulasi merupakan metode yang tepat untuk diterapkan pada pembelajaran fikih khusunya materi sholat janzah.
2. Aspek penyajian materi sholat janazah melalui metode simulasi
            Penilaian responden terhadap aspek penjaian materi sholat dengan menggunakan metode simulasi dari responden adalah sebagai berikut 10 siswa  (45%) menyatakan sangat baik, 7 siswa (31%) menyatakan baik, 3 siswa (13%) menyatakan cukup dan 1 siswa menyatakan kurang baik. Berdasarkan pendalaman menggunakan kuesioner terbuka, tiga orang siswa memliki pendapat yang sama tentang gerakan sholat kurang jelas atau kabur. Penilaian 22 responden terhadap kejelasan bacaan niat dan do’a dalam sholat jenazah adalah sebagai berikut 1 siswa (5%) menyatakan baik, siswa 9 (40%)menyatakan baik siswa 7 (31%) menyatakan cukup dan 5 (23%) menyatakan kurang baik. Secara umum data inin menunjukan aspek kejelasan bacaan niat dan do’a dalam sholat janazah di nialai baik oleh siswa.
            Penialaian 22 responden terhadap fasih bacaan niat dan do’a dalam sholat janazah adalah sebagai berikut : 9 siswa ( 40%) menyatakan sangat baik, siswa 7 (31%) menyatakan baik, 4 siswa (18%) menyatakan cukup dan 2 siswa (9,0%) menyatakan kurang baik. Secara umum data ini menunjukan aspek kejelasan bacaan niat dan do’a dalam sholat janazah dinialai sangat baik oleh siswa.
            Penialaian 22 responden terhadap terhadap alat peraga 1 siswa (4.5%) menyatakan sangat baik, 2 siswa (9,0%) menyatakan baik, 2 siswa (9,0%) menyatakan cukup dan 17 siswa (77%) menyatakan kurang baik. Berdasarkan pendalaman menggunakan kuesioner terbuka, 17 orang siswa memiliki pendapat yang sama tentang gerakan sholat jenazah kurang jelas atau kabur.
3. Aspek perhatian siswa
            Dari 22 respoden dapat diketahui data siswa memilih jawaban selalu memperhatikan 3 siswa mencapai (13%) dan ditambah 11 siswa dengan jawaban sering (70%) jawaban ini menjadi mayoritas siswa yang selalu memperhatikan materi sholat janazah yang disampaikan melalui metode simulasi dan 8 siswa menjawab kadang – kadang mencapai (31%) siswa yang menjawab kadang – kadang kemungkinan siswa yang telah memehami pelajaran ssolat janazah yang sedang di simulasikan guru dan tidak ada satu orang pun yang memilih jawaban tidak pernah memperhatikan. Dari penjelasan trsebut menunjukan bahwa penerapan metode simulasi pada materi sholat janazah menarik perhatian mayoritas siswa.
4. Aspek pemahaman siswa
            Dari 22 responden dapat diketahui bahwa mayoritas siswa paham atas materi fikih yang di simulasikan guru 11 siswa (50%) memilih jawaban jelas sekali data ini membuktikan akan tepatnya pemakaian metode simulasi pada mata pelajaran fikih. Adapun yang menjawab jelas 9 siswa (40%) data ini merupakan pemilihan iswa yang kadar daya tangkapnya berada dibawah siswa yang memilih jawaban pertama dan kedua sama – sama memperoleh pemahaman namun yang dirasakan siswa pertama lebih jelas di bandingkan siswa yang memilih jawaban kedua, dan 2 siswa (9.0%) menjawab biasa saja dan tidak seorangpun yang memilih tidak jelas dalam pelajaran fikih yang di simulasikan.
5. Aspek kemudahan siswa
            Adapun penialian responden pada kemudahan memahami materi sholat janazah dapat diketahui bahwa mayoritas siswa kuat ingatanya setelah digunakan metode simulasi, 3 siswa (13%) siswa menjawab kuat sekali dan 8 (36%) menjawab kuat dan dari kedua jawaban tersebut kemungkinan merupakan pilihan siswa yang mempunyai kemampuan tntelegensi lebih kuat di bandingkan 6 (27%) yang menjawab cukup dan sisanya menjawab biasa saja yaitu :  4 siswa (27%).
Kesimpulan adalah bahwa daya ingat siswa sangat tertentu dengan penggunaan metode simulasi.
Sedangakan penilaian responden terhadapa aspek kemudahan pengulangan materi sehingga dapat meningkatkan daya ingat siswa di peroleh data 13 siswa (59%) menyatakan sangant baik, 8 siswa (36%) menyatakan baik dan 1 siswa ( 5%) menyatakan sangant baik. Interaksi metode ini di nilai sangat baik oleh siswa sebanyak 13 (59%) atau jika di gabung dengan yang menyatakan baik 8 siswa menjadi 21 siswa menilai metode ini yang paling baik. Hal ini dilihat dari kemudahan melaksanakan praktek materi sholat setiap saat.
6. Aspek kemampuan psikomotor
Berdasrkan hasil evaluasi dengan pengamatan terhadap responden dapat diketahui bahwa 9 siswa (40%) melakukan gerakan dan bacan do,a dalam sholat janazah sangat baik dan 7 siswa (31%) melaksanakan dengan baik dan 4 siswa (18%) siswa cukup baik dalam mempraktekan sholat janzah. Serta 2 siswa (9,0%) siswa melakukan gerakan , bacaan dan do,a sangat kurang cukup hal ini di karenakan guru hanya mengambil beberapa orang saja sebagai perwakilan untuk mempraktekan tat cara sholat janazah di dalam kelas, dan disebabkan tidak mendapat kesempatam untuk mempraktekan tat cara sholat janazah di dalam kelas karena tidak masuk sekolah.
Kesimpulan adalah bahwa hasil evaluasi menunjukan nilai yang sangat memuasakan / bagus dan mencapai nilai yang telah di tentukan dalam KKBM MI Pasirlingga.


D. Penyajian dan Analisis Data Penggunaan metode Ceramah Dalam Bidang Studi Fikih Materi Sholat Janazah di MI Pasirlingga
1. Apek penyajian materi sholat janazah melalui metode ceramah
Sedangkan penilaian responden terhadap aspek penyajian materi mengenai gerakan sholat, bacaan niatdan do,a, fasih bacaan niat dan do,a dan mengenai alat peraga yang di gunakan dalam penyajian materi sholt janazah. Mayoritas siswa hasil responden yaitu : 8 siswa (36%) menyatakan kurang baik, 7 siswa (32%) menyatakan cukup, 4 siswa (18%) baik cukup dan 3 siswa (14%) menyatakan sangat baik. Berdasarkan pendalaman menggunakan kuesioner terbuka, empat orang siswa memiliki pendapat yang sama tentang penyajian materi  kurang jelas di karenakan guru hanya menerangkan saja.
2. Aspek perhatian siswa
Dari responden yang berjumlah 22 siswa dapat diketahui data siswa yang memilih jawaban kadang - kadang memperhatikan mencapai 15 ( 68%) dan ditambah dengan jawaban tidak pernah 3 (13%) jawaban ini menjadi mayoritas siswa yang sering memperhatikan materi sholat yang disampaikan melalui metode ceramah dan siswa 4 (18%) yang menjawab selalu, pemilihan jawaban ini kemungkinan siswa yang telah memahami pelajaran sholat yang sedang diterangkan guru.
Pada hasil responden  tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode ceramah  pada materi sholat janazah pada pelajaran fiqih tidak  menarik perhatian mayoritas siswa.

3. Aspek pemahaman siswa dan kemudahan siswa
Adapun dalam aspek kemudahan memahami kalimat diperoleh data 6 siswa (27%) menyatakan biasa saja, 13 siswa (59%) menyatakan tidak jelas, 2 siswa (9,0%) menyatakan jelas dan 1 siswa (5%) menyatakan sangat jelas. Secara umum data tersebut menunjukkan bahwa aspek kemudahan memahami materi dalam pelajran fikih  ini juga mendapat nilai kurang baik.
4. Aspek kemampuan psikomotor
Berdasarkan hasil evaluasi dengan pengamatan terhadap responden dapat di ketahui bahwa 8 siswa ( 36%) melakukan gerakan dan bacaan niat dan do,a dalam sholat janazah kurang cukup, dan 7 orang siswa cukup baik (41%). Serta 2 siswa melakukan gerakan dan bacaan niat dan do,a  sangat baik (9,0%). Dan 4 siswa melakukan dengan baik ( (18%).
Kesimpulan bahwa evaluasi yang di lakuakn secara individual menunjukan nilai yang kurang baik dan berada di bawah rata-rata SKBM yang telah di tentukan.
E. Analisa Dan Interprestasi Data
Berdasarkan data-data yang diperoleh melalui angket yang disebarkan pada sejumlah responden (22 siswa) sebagai sampel yang kemudian dikumpulkan serta dianalisa dengan rumus distribusi frekuensi, dapat diketahui bahwa penggunaan metode simulasi pada pengajaran bidang studi Fiqih di MI Pasirlingga tahun ajaran 2010 - 2011 sangat efektif digunakan dalam pelajaran fiqih. Hal ini didasarkan pada jawaban responden seperti tertera dalam pembahasan dan dapat

dilihat dari kemampuan siswa, baik dalam memahami pelajaran maupun mempraktekkannya.
Dalam pelaksanaannya, metode simulasi tidak berdiri sendiri. Akan tetapi metode ini sangat terkait dengan metode ceramah atau metode lainya. Dan pada saat-saat tertentu metode demonstrasi ini juga membutuhkan dukungan dari metode lainnya, misalnya metode diskusi, tanya jawab dan lain-lain. Yang semua metode tersebut harus disesuaikan dengan materi pelajaran, tujuan pelajaran, situasi dan kondisi serta kecenderungan siswa.
Penggunaan metode demonstrasi mutlak diperlukan, terlebih ketika guru ingin menjelaskan bagaimana cara thaharah dan shalat fardu yang baik dan benar. Seperti yang telah di katakan oleh guru bidang studi Fiqih ( Ky. Ali Sururi ), ketika beliau memberikan contoh tentang tata cara thaharah dan shalat fardhu biasanya langsung meminta siswa untuk mempraktekkannya kembali di depan kelas, kemudian kesalahan dan kekeliruannya langsung di betulkan dan dibimbing sehingga praktek tersebut sampai terlihat dengan sempurna. Dan dari hasil observasi yang saya lakukan, metode simulasi ini meminimalkan terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh siswa.
Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan metode simulasi pengajaran bidang studi Fiqih pada materi Thaharah dan Shalat fardhu menurut guru bidang studi Fiqih di MI Pasirlingga yaitu: sarana yang belum memadai dan alat peraga yang belum lengkap dalam pelaksanaan sholat janazah, sehingga hasil dari metode simulasi pun menjadi kurang maksimal. Hal ini yang harus lebih di perhatikan oleh guru dan sekolah.
Keberhasilan itu tidak terlepas pula dari peran guru selaku pemeran penting dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka besar pengaruhnya dalam ikut menentukan efektifitas pembelajaran di kelas. Guru yang mempunyai kompetensi yang baik, berwibawa dan disiplin sangat mendukung untuk mampu mengendalikan suasana belajar, sehingga efektifitas pembelajaran dapat tercapai.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar