BAB IV
HASIL PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MI
Pasirlingga
1. Sejarah Berdirinya
MI Pasirlingga
“ MI
Pasirlingga merupakan lembaga pendidikan formal yang bernaung dibawah Yayasan
Ma’arif. Lembaga ini berdiri tepatnya pada tahun 1976 “ ( Suci Lestari, S.Pd.I.
Kepala MI Pasirlingga, Banjarsari 01 Desember 2011 ) dan telah berkiprah membantu pemerintah
dalam bidang pemerataan kesempatan pendidikan sejak awal tahun berdirinya. Di
awal berdirinya lembaga ini belum memiliki gedung sekolah. Mereka belajar di
gedung milik Madrasah Diniyah pada pagi hari dan sore harinya digunakan siswa –
siswi MADIN. Suatu yang kurang menguntungkan bagi siswa yang menjadi anggkatan
pertama MI Pasirlingga.
Namun
Alhamdulillah, pada akhirnya tahun 1977 MI Pasirlingga dikarunia sebuah gedung
sekolah yang tadinya milik MADIN kini sepenuhnya milik MI Pasirlingga.
2. Visi dan Misi MI Pasirlingga
Adapun
visi dan misi MI Pasirlinga dituangkan dalam rumusan kerangka dasar Tri
Matra Visi, yaitu IMTAQ, IPTEK, DAN IHSAN. Sedangkan misinya adalah untuk meningkatkan
wawasan pengetahuan
Islam ysng luas dan mengamalkannya, mewujudkan system dan iklim pendidikan yang
demokratis.
meningkatkan
kualitas SDM dan mewujudkan
kurikulum pendidikan yang mengintegrasikan
pendidikan agama Islam.
3. Keadaan siswa, guru, dan Karyawan
a. Keadaan siswa
Gambaran
umum mengenai jumlah menurut jenis kelamin dan perbedaan kelas dapat dilihat pada table
berikut:
Tabel.1
Keadaan siswa MI Pasirlingga
Keadaan siswa MI Pasirlingga
menurut pembagian
kelas dan selama 3 tahun terakhir
No
|
Tahun Akademik
|
Kelas
|
Jumlah
|
|||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
|||
1
|
2008 – 2009
|
19
|
14
|
15
|
14
|
18
|
16
|
96
|
2
|
2009 – 2010
|
18
|
14
|
20
|
19
|
11
|
10
|
94
|
3
|
2010 - 2011
|
15
|
17
|
14
|
22
|
20
|
17
|
105
|
b. Keadaan guru
dan karyawan
Keberadaan
pengajar atau guru dalam suatu lembaga pendidikan merupakan factor yang sangat penting karena
seorang guru adalah panutan bagi siswa-siswanya, untuk mengetahui jumlah guru
MI Pasirlingga menurut lulusan, jabatan, dan bidang tugas.
Tabel.2
Keadaan guru MI Pasirlingga
Menurut Pendidikan dan Bidang Tugas 2010 -2011
NO
|
NAMA
|
PENDIDIKAN
|
BIDANG
TUGAS
|
1
|
SUCI LESTARI, S.Pd.I
|
IAILM / PAI
|
KEPALA SEKOLAH
|
2
|
TETY ROSMAYANTY, S.Pd.I
|
IAID / PAI
|
GURU KELAS I
|
3
|
MISBAHUL MUNIR, S.Pd.I
|
IAILM / PAI
|
GURU KELAS VI
|
4
|
AGUS MARWAN, S.IP
|
UNIGAL /
FISIP
|
GURU KELAS III
|
5
|
KY. ALI SURURI
|
MA / PONPES / PIKIH
|
GURU BIDANG
|
6
|
MARYAM PUJI LESTARI, A.Ma
|
STAI PG / PGSD / PGMI
|
GURU KELAS II
|
7
|
HUSNA MAKSUDI, S.Pd.I
|
STAI / PAI
|
GURU KELAS V
|
8
|
KARDIONO
|
MAN
|
GURU BIDANG
|
9
|
HASBULOH
|
STAI PG / PGSD / PGMI
|
GURU KELAS IV
|
4. Keadaan sarana dan prasarana
Sarana
dan prasrana pendidikan adalah faktor penunjang keberhasilan proses pendidikan
suatu lembaga pendidikan pormal termasuk media pendidikan sebagai alat bantu
dalam proses pembelajaran. Berikut ini penulis kemukaan hasil penelitian mengenai
sarana dan prasarana yang tersedia di MI Pasirlingga.
Tabel.3
Keadaan Sarana dan Prasarana MI Pasirlingga
NO
|
SARANA DAN SARANA
|
JUMLAH
|
1
|
GEDUNG SEKOLAH
|
1 LANTAI
|
2
|
RUANG KELAS
|
4 LOKAL
|
3
|
RUANG IBADAH
|
1 LOKAL
|
4
|
RUANG KEPALA
|
1 LOKAL
|
5
|
RUANG GURU
|
1 LOKAL
|
6
|
RUANG TOILET
|
1 LOKAL
|
B. Pelaksaan Pengajaran Bidang Studi Fikih Di
MI Pasirlingga
Pelaksanaan pengajaran
bidang studi fikih di MI Pasirlingga dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1.
Waktu dan
pelaksaan
Mengenai hal di atas, bidang
studi fikih di MI Pasirlingga di ajarkan
/berikan sebanyak 2
jam pelajaran dalam setiap minggunya, baik kelas 1 sampai kelas VI maupun kelas
IV. Untuk jam pelajaran selama 35 menit,
berarti untuk 2 jam pelajaran selama 70 menit. Untuk kelas IV mata pelajaran fikih
di jarkan pada hari senin dan jam pertama “
( Ky. Ali Sururi. Guru bidang Studi fikih, Banjarsari 01 Desember 2011 )
2.
Alat
pelajaran
Alat – alat pelajaran merupakan
salah satu faktir yang tidak kalah pentingnya didalam proses belajara mengajar,
karena alat – alat itu turut menunjang dan membantu.
Sebenarnya
alat-alat pengajaran itu cakupannya sangat luas, tidak hanya terbatas pada buku
pelajaran, alat peraga, spidol, penggaris dan sebagainya. Akan tetapi semua
sarana dan alat yang mendukung dan menunjang lancarnya proses belajar mengajar
di kategorikan kepada alat.
Buku
paket dan buku bidang studi fiqih termasuk salah satu dari pada alat-alat
pengajaran. Dalam hal ini buku-buku bidang studi fiqih yang digunakan di MI
Pasirlingga.
C. Penyajian Dan
Analisa Data Efektifitas Penggunaan Metode Simulasi Dalam Bidang Studi Fikih
Materi Sholat Janazah Di MI Pasirlingga
Penggunaan
metode yang baik harus memperhatikan unsur efektifitas dan efisiensinya dalam
menunjang suatu proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang efektif adalah
metode pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman yang jelas dan konkrit
kepada peserta didik. Sedangkan metode pembelajaran yang efisien adalah metode
pembelajaran yang dalam waktu singkat dapat membentuk peserta didik memiliki
kompetensi pembelajaran yang diharapkan dari suatu proses pembelajaran.
Adapun
tolak ukur efektifitas penggunaan metode pembelajaran ini dilihat dari empat
aspek yaitu aspek metode yang digunanakan dalam pembelajaran fikih, aspek
penyajian materi melalui metode simulasi, aspek perhatian siswa pada materi,
aspek pemahaman siswa pada materi, aspek kemudahan siswa dalam memahami materi
dan apek kemampuan psikomotor siswa.
1. Aspek metode yang digunakan dalam pembelajaran fikih
Tabel.4
Metode yang diguanakan dalam
pembelajaran fikih
No
|
Alternatif Jawaban
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
|
Metode simulasi
|
8
|
36%
|
2
|
Metode diskusi
|
3
|
13%
|
3
|
Metode ceramah
|
7
|
31%
|
4
|
Metode pemberian tugas
|
4
|
18%
|
Jumlah
|
22
|
100%
|
Dari 22 responden siswa MI
Pasirlingga kecamatan Banjarsari diperoleh data tentang kejelasan mengenai
penggunaan metode simulasi dalam pembelajaran fikih, penggunaan metode simulasi
menjadi pilihan mayoritas siswa yaitu : 8 santri (36%) dan ditambah 7 siswa
(31%) menjawab metode ceramah selebihnya siswa menjawab metode diskusi 3 siswa
(13%) dan metode pemberian tugas 4 siswa (18%). Dari responden di atas
menunjukan bahwa siswa menilai penggunaan metode simulasi merupakan metode yang
tepat untuk diterapkan pada pembelajaran fikih khusunya materi sholat janzah.
2. Aspek penyajian materi sholat janazah melalui metode
simulasi
Penilaian responden terhadap aspek penjaian materi sholat dengan
menggunakan metode simulasi dari responden adalah sebagai berikut 10 siswa (45%) menyatakan sangat baik, 7 siswa (31%)
menyatakan baik, 3 siswa (13%) menyatakan cukup dan 1 siswa menyatakan kurang
baik. Berdasarkan pendalaman menggunakan kuesioner terbuka, tiga orang siswa
memliki pendapat yang sama tentang gerakan sholat kurang jelas atau kabur.
Penilaian 22 responden terhadap kejelasan bacaan niat dan do’a dalam sholat
jenazah adalah sebagai berikut 1 siswa (5%) menyatakan baik, siswa 9 (40%)menyatakan
baik siswa 7 (31%) menyatakan cukup dan 5 (23%) menyatakan kurang baik. Secara
umum data inin menunjukan aspek kejelasan bacaan niat dan do’a dalam sholat
janazah di nialai baik oleh siswa.
Penialaian 22 responden terhadap
fasih bacaan niat dan do’a dalam sholat janazah adalah sebagai berikut : 9
siswa ( 40%) menyatakan sangat baik, siswa 7 (31%) menyatakan baik, 4 siswa
(18%) menyatakan cukup dan 2 siswa (9,0%) menyatakan kurang baik. Secara umum
data ini menunjukan aspek kejelasan bacaan niat dan do’a dalam sholat janazah
dinialai sangat baik oleh siswa.
Penialaian 22 responden terhadap
terhadap alat peraga 1 siswa (4.5%) menyatakan sangat baik, 2 siswa (9,0%)
menyatakan baik, 2 siswa (9,0%) menyatakan cukup dan 17 siswa (77%) menyatakan
kurang baik. Berdasarkan pendalaman menggunakan kuesioner terbuka, 17 orang
siswa memiliki pendapat yang sama tentang gerakan sholat jenazah kurang jelas
atau kabur.
3. Aspek perhatian siswa
Dari 22 respoden dapat diketahui
data siswa memilih jawaban selalu memperhatikan 3 siswa mencapai (13%) dan ditambah
11 siswa dengan jawaban sering (70%) jawaban ini menjadi mayoritas siswa yang
selalu memperhatikan materi sholat janazah yang disampaikan melalui metode
simulasi dan 8 siswa menjawab kadang – kadang mencapai (31%) siswa yang
menjawab kadang – kadang kemungkinan siswa yang telah memehami pelajaran ssolat
janazah yang sedang di simulasikan guru dan tidak ada satu orang pun yang
memilih jawaban tidak pernah memperhatikan. Dari penjelasan trsebut menunjukan
bahwa penerapan metode simulasi pada materi sholat janazah menarik perhatian
mayoritas siswa.
4. Aspek pemahaman siswa
Dari 22 responden dapat diketahui bahwa mayoritas siswa paham atas
materi fikih yang di simulasikan guru 11 siswa (50%) memilih jawaban jelas
sekali data ini membuktikan akan tepatnya pemakaian metode simulasi pada mata
pelajaran fikih. Adapun yang menjawab jelas 9 siswa (40%) data ini merupakan
pemilihan iswa yang kadar daya tangkapnya berada dibawah siswa yang memilih
jawaban pertama dan kedua sama – sama memperoleh pemahaman namun yang dirasakan
siswa pertama lebih jelas di bandingkan siswa yang memilih jawaban kedua, dan 2
siswa (9.0%) menjawab biasa saja dan tidak seorangpun yang memilih tidak jelas
dalam pelajaran fikih yang di simulasikan.
5. Aspek kemudahan siswa
Adapun penialian responden pada kemudahan memahami materi sholat
janazah dapat diketahui bahwa mayoritas siswa kuat ingatanya setelah digunakan
metode simulasi, 3 siswa (13%) siswa menjawab kuat sekali dan 8 (36%) menjawab
kuat dan dari kedua jawaban tersebut kemungkinan merupakan pilihan siswa yang
mempunyai kemampuan tntelegensi lebih kuat di bandingkan 6 (27%) yang menjawab
cukup dan sisanya menjawab biasa saja yaitu : 4 siswa (27%).
Kesimpulan
adalah bahwa daya ingat siswa sangat tertentu dengan penggunaan metode simulasi.
Sedangakan
penilaian responden terhadapa aspek kemudahan pengulangan materi sehingga dapat
meningkatkan daya ingat siswa di peroleh data 13 siswa (59%) menyatakan sangant
baik, 8 siswa (36%) menyatakan baik dan 1 siswa ( 5%) menyatakan sangant baik.
Interaksi metode ini di nilai sangat baik oleh siswa sebanyak 13 (59%) atau
jika di gabung dengan yang menyatakan baik 8 siswa menjadi 21 siswa menilai
metode ini yang paling baik. Hal ini dilihat dari kemudahan melaksanakan
praktek materi sholat setiap saat.
6. Aspek kemampuan psikomotor
Berdasrkan
hasil evaluasi dengan pengamatan terhadap responden dapat diketahui bahwa 9
siswa (40%) melakukan gerakan dan bacan do,a dalam sholat janazah sangat baik
dan 7 siswa (31%) melaksanakan dengan baik dan 4 siswa (18%) siswa cukup baik
dalam mempraktekan sholat janzah. Serta 2 siswa (9,0%) siswa melakukan gerakan
, bacaan dan do,a sangat kurang cukup hal ini di karenakan guru hanya mengambil
beberapa orang saja sebagai perwakilan untuk mempraktekan tat cara sholat janazah
di dalam kelas, dan disebabkan tidak mendapat kesempatam untuk mempraktekan tat
cara sholat janazah di dalam kelas karena tidak masuk sekolah.
Kesimpulan
adalah bahwa hasil evaluasi menunjukan nilai yang sangat memuasakan / bagus dan
mencapai nilai yang telah di tentukan dalam KKBM MI Pasirlingga.
D. Penyajian dan
Analisis Data Penggunaan metode Ceramah Dalam Bidang Studi Fikih Materi Sholat
Janazah di MI Pasirlingga
1. Apek penyajian
materi sholat janazah melalui metode ceramah
Sedangkan
penilaian responden terhadap aspek penyajian materi mengenai gerakan sholat,
bacaan niatdan do,a, fasih bacaan niat dan do,a dan mengenai alat peraga yang
di gunakan dalam penyajian materi sholt janazah. Mayoritas siswa hasil
responden yaitu : 8 siswa (36%) menyatakan kurang baik, 7 siswa (32%)
menyatakan cukup, 4 siswa (18%) baik cukup dan 3 siswa (14%) menyatakan sangat
baik. Berdasarkan pendalaman menggunakan kuesioner terbuka, empat orang siswa
memiliki pendapat yang sama tentang penyajian materi kurang jelas di karenakan guru hanya
menerangkan saja.
2. Aspek perhatian siswa
Dari responden yang berjumlah 22 siswa dapat diketahui data
siswa yang memilih jawaban kadang - kadang memperhatikan mencapai 15 ( 68%) dan
ditambah dengan jawaban tidak pernah 3 (13%) jawaban ini menjadi mayoritas
siswa yang sering memperhatikan materi sholat yang disampaikan melalui metode ceramah
dan siswa 4 (18%) yang menjawab selalu, pemilihan jawaban ini kemungkinan siswa
yang telah memahami pelajaran sholat yang sedang diterangkan guru.
Pada hasil responden tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode
ceramah pada materi sholat janazah pada
pelajaran fiqih tidak menarik perhatian
mayoritas siswa.
3. Aspek pemahaman siswa dan kemudahan siswa
Adapun
dalam aspek kemudahan memahami kalimat diperoleh data 6 siswa (27%) menyatakan biasa
saja, 13 siswa (59%) menyatakan tidak jelas, 2 siswa (9,0%) menyatakan jelas
dan 1 siswa (5%) menyatakan sangat jelas. Secara umum data tersebut menunjukkan
bahwa aspek kemudahan memahami materi dalam pelajran fikih ini juga mendapat nilai kurang baik.
4. Aspek kemampuan psikomotor
Berdasarkan
hasil evaluasi dengan pengamatan terhadap responden dapat di ketahui bahwa 8
siswa ( 36%) melakukan gerakan dan bacaan niat dan do,a dalam sholat janazah
kurang cukup, dan 7 orang siswa cukup baik (41%). Serta 2 siswa melakukan
gerakan dan bacaan niat dan do,a sangat
baik (9,0%). Dan 4 siswa melakukan dengan baik ( (18%).
Kesimpulan
bahwa evaluasi yang di lakuakn secara individual menunjukan nilai yang kurang
baik dan berada di bawah rata-rata SKBM yang telah di tentukan.
E. Analisa Dan Interprestasi Data
Berdasarkan
data-data yang diperoleh melalui angket yang disebarkan pada sejumlah responden
(22 siswa) sebagai sampel yang kemudian dikumpulkan serta dianalisa dengan
rumus distribusi frekuensi, dapat diketahui bahwa penggunaan metode simulasi
pada pengajaran bidang studi Fiqih di MI Pasirlingga tahun ajaran 2010 - 2011
sangat efektif digunakan dalam pelajaran fiqih. Hal ini didasarkan pada jawaban
responden seperti tertera dalam pembahasan dan dapat
dilihat dari
kemampuan siswa, baik dalam memahami pelajaran maupun mempraktekkannya.
Dalam
pelaksanaannya, metode simulasi tidak berdiri sendiri. Akan tetapi metode ini
sangat terkait dengan metode ceramah atau metode lainya. Dan pada saat-saat
tertentu metode demonstrasi ini juga membutuhkan dukungan dari metode lainnya,
misalnya metode diskusi, tanya jawab dan lain-lain. Yang semua metode tersebut
harus disesuaikan dengan materi pelajaran, tujuan pelajaran, situasi dan
kondisi serta kecenderungan siswa.
Penggunaan
metode demonstrasi mutlak diperlukan, terlebih ketika guru ingin menjelaskan
bagaimana cara thaharah dan shalat fardu yang baik dan benar. Seperti yang
telah di katakan oleh guru bidang studi Fiqih ( Ky. Ali Sururi ), ketika beliau
memberikan contoh tentang tata cara thaharah dan shalat fardhu biasanya
langsung meminta siswa untuk mempraktekkannya kembali di depan kelas, kemudian
kesalahan dan kekeliruannya langsung di betulkan dan dibimbing sehingga praktek
tersebut sampai terlihat dengan sempurna. Dan dari hasil observasi yang saya
lakukan, metode simulasi ini meminimalkan terjadinya kesalahan yang dilakukan
oleh siswa.
Ada
beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan metode simulasi pengajaran
bidang studi Fiqih pada materi Thaharah dan Shalat fardhu menurut guru bidang
studi Fiqih di MI Pasirlingga yaitu: sarana yang belum memadai dan alat peraga
yang belum lengkap dalam pelaksanaan sholat janazah, sehingga hasil dari metode
simulasi pun menjadi kurang maksimal. Hal ini yang harus lebih di perhatikan
oleh guru dan sekolah.
Keberhasilan
itu tidak terlepas pula dari peran guru selaku pemeran penting dalam proses
kegiatan belajar mengajar, maka besar pengaruhnya dalam ikut menentukan
efektifitas pembelajaran di kelas. Guru yang mempunyai kompetensi yang baik,
berwibawa dan disiplin sangat mendukung untuk mampu mengendalikan suasana
belajar, sehingga efektifitas pembelajaran dapat tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar