Pertempuran yang diikuti pada masa Nabi saw
Perang Badar
Beberapa saat
setelah menikah, pecahlah perang Badar, perang pertama dalam sejarah Islam. Di
sini Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping Hamzah,
paman Nabi. Banyaknya Quraisy Mekkah yang tewas di
tangan Ali masih dalam perselisihan, tapi semua sepakat beliau menjadi bintang
lapangan dalam usia yang masih sangat muda sekitar 25 tahun.
Perang Khandaq
Perang Khandaq
juga menjadi saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi Amar
bin Abdi Wud . Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin
Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian.
Perang Khaibar
Setelah
Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin
dengan Yahudi, dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut sehingga
pecah perang melawan Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kokoh,
biasa disebut dengan perang Khaibar. Di saat para sahabat tidak mampu membuka
benteng Khaibar, Nabi saw bersabda:
"Besok, akan aku serahkan bendera kepada
seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan
Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan Rasul-Nya mencintainya
dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya".
Maka, seluruh
sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun, temyata
Ali bin Abi Thalib yang mendapat kehormatan itu serta mampu
menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang
berani bernama Marhab lalu menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah
menjadi dua bagian.
Peperangan lainnya
Hampir semua
peperangan beliau ikuti kecuali perang Tabuk karena mewakili nabi Muhammad untuk menjaga kota Madinah.
Setelah Nabi wafat
Sampai disini
hampir semua pihak sepakat tentang riwayat Ali bin Abi Thalib, perbedaan
pendapat mulai tampak ketika Nabi Muhammad wafat. Syi'ah berpendapat sudah ada wasiat
(berdasar riwayat Ghadir Khum)
bahwa Ali harus menjadi Khalifah bila Nabi SAW wafat. Tetapi Sunni
tidak sependapat, sehingga pada saat Ali dan Fatimah masih berada dalam suasana
duka orang-orang Quraisy bersepakat untuk membaiat Abu Bakar.
Menurut riwayat
dari Al-Ya'qubi dalam kitab Tarikh-nya Jilid II Menyebutkan suatu peristiwa
sebagai berikut. Dalam perjalan pulang ke Madinah seusai menunaikan ibadah haji
( Hijjatul-Wada'),malam hari Rasulullah saw bersama rombongan tiba di suatu
tempat dekat Jifrah yang dikenal denagan nama "GHADIR KHUM." Hari itu
adalah hari ke-18 bulan Dzulhijah. Ia keluar dari kemahnya kemudia berkhutbah
di depan jamaah sambil memegang tangan Imam Ali Bin Abi Tholib r.a.Dalam
khutbahnya itu antara lain beliau berkata : "Barang siapa menanggap
aku ini pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya.Ya Allah, pimpinlah orang yang
mengakui kepemimpinannya dan musuhilah orang yang memusuhinya"
Pengangkatan
Abu Bakar sebagai Khalifah tentu tidak disetujui keluarga Nabi Ahlul Baitdan pengikutnya. Beberapa riwayat
berbeda pendapat waktu pem-bai'at-an Ali bin Abi Thalib terhadap Abu Bakar sebagai Khalifah pengganti Rasulullah. Ada yang
meriwayatkan setelah Nabi dimakamkan, ada yang beberapa hari setelah itu,
riwayat yang terbanyak adalah Ali mem-bai'at Abu Bakar setelah Fatimah meninggal,
yaitu enam bulan setelah meninggalnya Rasulullah demi mencegah perpecahan dalam
ummat
Ada yang
menyatakan bahwa Ali belum pantas untuk menyandang jabatan Khalifah karena umurnya yang masih muda,
ada pula yang menyatakan bahwa kekhalifahan dan kenabian
sebaiknya tidak berada di tangan Bani Hasyim.
Sebagai khalifah
Peristiwa
pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan
di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan
Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai
pilihan lain selain Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali
berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam
dan Talhah bin Ubaidillah memaksa
beliau, sehingga akhirnya Ali menerima bai'at mereka. Menjadikan Ali
satu-satunya Khalifah yang dibai'at secara massal, karena khalifah sebelumnya
dipilih melalui cara yang berbeda-beda.
Sebagai
Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa pemerintahannya
mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan. Untuk pertama kalinya
perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya, Pertempuran Basra. 20.000 pasukan pimpinan
Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul mu'minin Aisyah binti Abu Bakar, Istri Rasulullah. Perang tersebut dimenangkan
oleh pihak Ali.
Peristiwa
pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan
yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang dapat diselesaikan karena
fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah diisyaratkan (akan terjadi) oleh
Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih hidup, dan diperparah oleh
hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan, menyebabkan perpecahan di
kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan perang tersebut. Tidak hanya selesai
di situ, konflik berkepanjangan terjadi hingga akhir pemerintahannya. Pertempuran Shiffin
yang melemahkan kekhalifannya juga berawal dari masalah tersebut.
Ali bin Abi
Thalib, seseorang
yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi perang, mengalami
kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan
pemerintahan sebelumya. Ia meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman
bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat mengimami salat
subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19
Ramadhan, dan Ali menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 21
Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali
dikuburkan secara rahasia di Najaf, bahkan ada
beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.
SUMBER : BUKU SKI KELAS VI MDRASAH IBTIDAIYAH 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar